BIOGRAFI SULTAN SYARIF KASIM II
Di
Susun Oleh :
Lailatur
Rahmah (36 2 2 15 0011)
Sri
Mariani (36 2 2 15 0023)
M.
Solihin (36 2 2 15 0014)
Taufiq
Triswanto (36 2 2 15 0024)
Fathurrahman
(36 2 2 15 0006)
Mata
Kuliah : Fiqh Siyasah
Dosen
Pembimbing : Muhammad Ashsubli, S.HI, M.Si
Jurusan
: Syari’ah dan Ekonomi Islam
Prodi
: Siyasah Syar’iyyah
T.A. 2016/ 2017
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikumWr.Wb
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Biografi
Sultan Syarif Kasim II”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Siyasah.
Makalah yang disusun untuk
mempelajari lebih detail dalam membahas biografi Sultan Siak ke-12 ini
diharapkan dapat mengetahui tentang siapa sebenarnya sultan tersebut yang
dibahas mulai dari kelahirannya, perkawinannya, sampai ia diangkat menjadi
sultan.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin ….
Wassalam,
Bengkalis, 21
Oktober 2016
Kelompok
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan....................................................................... ..... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. TujuanPenulisan............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 2
A. Masa Kecil Sultan Syarif Kasim II............................................................................... 2
B. Masa Pendidikan.......................................................................................................... 2
C. Pengangkatan menjadi Sultan....................................................................................... 3
D. Perkawinan Sultan........................................................................................................ 4
BAB III PENUTUP......................................................................... ..... 6
A.Kesimpulan.................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 7
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kerajaan Siak di pimpin pertama kali oleh Raja
Kecil, yang bergelar Sulthan Abdul Djalil Rachmadsjah pada tahun (1723 – 1746)
dengan ibukotanya Buantan. Dari duabelas orang sultan yang memerintah kerajaan
Siak Sri Indrapura, terdapat nama Tengku Panglima Besar Sayed Kasim (1864 –
1889) bergelar Sultan Assyaidis Syarif Kasim I
Abdul Jalil Syaifuddin, sultan ke sepuluh.
Nama
ini kurang begitu dikenal dibanding dengan putranya Tengku Ngah Sayed Hasyim
(1889 – 1908) bergelar Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang membangun Istana
Siak “Asserayah Hasyimiyah” dan Masjid Sultan “Syahabuddin” maupun dibanding
cucunya Tengku Putera Sayed Kasim bergelar Sulthan Assyaidis Syarif Kasim II
Abdul Jalil Syaifuddin (Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin
atau Sultan Syarif Kasim II).
Sultan Syarif Kasim II inilah yang merupakan sultan
ke-12 sekaligus sultan terakhir kerajaan Siak Sri Indrapura dan menyatakan
bergabung dengan NKRI dengan menyerahkan
Mahkota Kerajaan serta menyumbangkan harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden
kepada Pemerintah Republik Indonesia (setara dengan
214,5 juta gulden atau 120,1 juta USD atau Rp 1,47 trilyun pada tahun 2014).
B. Rumusan
Masalah
1. Kelahiran Sultan
Syarif Kasim II
2. Perkawinan Sultan
Syarif Kasim II
3. Pengangkatan menjadi
Sultan
C. Tujuan
Kepenulisan
1. Mengetahui biografi Sultan
Syarif Kasim mulai dari kelahiran, perkawinan sampai diangkat menjadi Sultan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Masa
Kecil Sultan Syarif Kasim II
Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin atau yang
lebih dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II ialah
pewaris tahta Kerajaan Siak Sri Indrapura ke-12. Beliau lahir di Siak Sri
Indrapura, Riau pada tanggal 11 Jumadil akhir 1310 H, atau 1 Desember 1893 M[1].
Ayahnya
adalah raja ke-11 yang bergelar Sultan Assayaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil
Syafiuddin, yang memerintah kerajaan kerajaan Siak Sri Indrapura selama 19
tahun yaitu dari tahun 1889 sampai tahun 1908. Sedangkan ibunya adalah Tengku
Yuk, permaisuri kerajaan. Tengku sulong Sayed Kasim atau yang lebih populer
dengan panggilan Syarif Kasim ini adalah adik seayah dengan Tengku Long Putih,
tetapi berlainan ibu[2].
Semasa
kecilnya sampai berumur 12 tahun, Syarif Kasim dididik dalam lingkungan istana.
Sebagai calon pengganti ayahnya, ia dididik sebagaimana lazimnya adat istiadat
raja-raja, meliputi aspek fisik, mental spiritual atau kerohanian dan
kecerdasan.
Ayahandanya
merupakan seorang sultan yang kuat memegang prinsip Islam, selain itu juga
mempunyai pandangan yang luas serta berusaha dalam meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya. Ayahandanya ingin agar Syarif Kasim yang
menggantikannya kelak dapat memimpin kerajaan dengan prinsip Islam dan
pengetahuan yang luas.
B. Masa
Pendidikan
Setelah
Syarif Kasim berumur 12 tahun tepatnya pada tahun 1904, beliau dikirim
ayahandanya ke jawa untuk memperdalam ilmu hukum agama islam dan hukum
ketatanegaraan. Dalam hukum islam beliau diasuh oleh Sayed Husen al-Hasbi,
sedangkan hukum ketatanegaraan diajarkan oleh Prof. Snouck Hurgronye pada
institut Beck En Volten di Batavia (sekarang Jakarta). Dalam kehidupannya yang
sangat berpengaruh adalah ajaran dari Sayed Husein Al-Hasbi hingga ia menjadi
pemeluk agama Islam yang taat dan berjiwa kebangsaan yang tinggi[3].
Kedua pendidikan ini beliau tempuh selama 11 tahun, yaitu dari tahun 1904-1915.
Selama
mendalami pendidikan beliau memperoleh tempatan semangat kebangsaan. Karena
pada waktu itu semangat pergerakan nasional yang digerakkan oleh para pemuda
untuk melepaskan diri dari penjajahan. Pendidikan yang ditempuh selama ini
jelas akan memberikan banyak sekali ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah laku
yang mantap dan semuanya itu merupakan modal yang kuat untuk melaksanakan tugas
menjadi raja yang harus berjuang untuk mempertahankan eksistensi kerajaan dan
agama islam berhadapan dengan kolonial Belanda yang berupaya menghancurkan
kedaulatan kerajaan dan menghisap kekayaan pribumi.
Saat
Sayed Kasim berumur 16 tahun semasa masih menuntut ilmu di Batavia, ayahandanya
Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Djailil Syaifuddin meninggal dunia
bertepatan tahun 1908. Oleh karena itu, Sayed Kasim tidak langsung dinobatkan
sebagai raja menggantikan ayahndanya, maka untuk sementara waktu pemerintahan
dipegang oleh dua orang pejabat yang mewakili raja yaitu Tengku Besar Sayed
Syagaf dan Datuk Lima Puluh selama 7 tahun, sementara Sayed Kasim meneruskan pendidikan
di Batavia.
C.
Pengangkatan menjadi Sultan
Sekembalinya
dari Batavia pada 3 Maret 1915, dalam usia 23 tahun Sayed Kasim dinobatkan
menjadi Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang ke-12 dengan gelar Sultan
Asysyaidis Syarif Kasim Abdul DJalil Syaifuddin.
Di
masa pemerintahan ayahandanya Sultan Sayed Hasyim (Sultan Siak ke-11), dalam
melaksanakan pemerintahannya, baginda dibantu oleh Dewan Menteri atau Dewan
Kerajaan. Dewan inilah yang memilih dan mengangkat sultan syarif kasim.
Dewan
ini bersama sultan membuat undang-undang dan peraturan. Dewan itu terdiri dari
Datuk-datuk Empat Suku, yaitu Datuk Tanah Datar Sri Pakermaraja, Datuk
Limapuluh Sri Bijuangsa, Datuk Pesisir Sri Dewaraja dan Datuk Kampar Maharaja
Sri Wangsa.
Kekhawatiran Hindia Belanda timbul
karena pewaris kerajaan adalah orang yang berpendidikan dan progresif. Oleh
karena itu, sebenarnya pengangkatan Sultan Syarif Kasim II kurang disenangi
oleh pemerintah Hindia Belanda.
Akan tetapi, Datuk Empat Suku yang merupakan Dewan Kerajaan tetap menghendaki
Sayed Kasim menjadi sultan. Akibatnya Hindia Belanda
mulai mengecilkan arti dan fungsi Dewan Kerajaan dan kemudian akhirnya Dewan
Kerajaan dihapuskan oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Sultan
Syarif Kasim II semakin menentang Hindia Belanda dan memandang
perlu membangun kekuatan fisik, karena ancaman Hindia Belanda tidak dapat
dielakkan lagi. Sultan membangun kekuatan militer yang berawal dari barisan
kehormatan pemuda-pemuda. Dilatih untuk membangkitkan semangat perlawanan dan
mempertahankan diri serta membela nasib rakyat.
Sultan
Syarif Kasim II menolak campur tangan peraturan pengadilan pemerintahan Hindia Belanda terhadap
rakyatnya dan tetap mempertahankan keberadaan Kerapatan Tinggi Kerajaan Siak
yang diatur dan disusun oleh Kerajaan Siak sendiri.
Sultan
Syarif Kasim II juga menolak mengakui Kesultanan Siak sebagai bagian dari
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, meskipun para sultan
pendahulunya telah terikat perjanjian dengan Hindia Belanda, termasuk Perjanjian
London 1824.
D. Perkawinan
Sultan
Sultan
Syarif Qasim II memiliki dua orang permaisuri. Istrinya itu yakni Tengku Agung
Sultanah Latifah (permaisuri I) pada 27 Oktober 1912. Pada saat penobatannya
menjadi Sultan, maka permaisurinya pun diberi gelar Tengku Agung. Perkawinan
itu tidak membuahkan keturunan. Permaisuri ini mangkat di Siak Sri Indrapura
pada tahun 1929, setelah menempuh hidup bersama sultan selama 17 tahun.
Permaisurinya
pertama yakni Tengku Syarifah Mariam binti Fadyl yang bergelar Tengku Agung
Sultanah Latifah yang menikah di Langkat Sumatera Timur pada 27 Oktober 1912.
Tengku
Agung sempat mendirikan sekolah Sultanah Latifah School pada 1926 yang
mengajarkan baca, tulis, agama, bahasa Belanda, dan keterampilan memasak dengan
guru-guru perempuan. Tengku Agung mangkat pada 1929.
Selama
14 tahun Sultan tak punya permaisuri hingga menikahi Syarifah Fadlun yang
diangkat sebagai permaisuri II dengan gelar Tengku Mahratu. Tengku Mahratu
kemudian dicerai hidup pada 1950 dan mangkat di Jakarta pada 1980.
Selain
dua istri tersebut, Sultan punya dua lagi istri yang berstatus selir. Yakni Syarifah
Syifak yang dicerai hidup, dan Syarifah Fadlon pada 17 Februari 1957 di
Jakarta, seorang janda berdarah Arab-Betawi beranak empat. Syarifah Fadlon
mangkat di Jakarta pada 1987 dan dimakamkan di Siak Sri Indrapura.
Sultan
tak punya keturunan dari empat istrinya tapi memelihara banyak anak angkat. Tak
adanya keturunan jadi salah satu sebab Sultan menyerahkan Kerajaan Siak Sri
Indrapura, bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1946
dengan tanda menyerahkan mahkota dan singgasananya. Singgasana bersepuh emas
ini sekarang ada di Museum Nasional, Jakarta, sedangkan yang ada di Istana Siak
adalah replikanya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil
Syarifuddin dilahirkan di Siak Sri Indrapura pada 1 Desember
1893 M. Ia merupakan putra dari Sultan Assayaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil
Syafiuddin yang merupakan sultan Siak ke-11 dan ibunya Tengku Yuk, maka Sayed
Kasim yang lebih dikenal dengan Syarif Kasim ini otomatis menjadi pewaris tahta
kerajaan Siak ke-12 sekaligus sultan terakhir di Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Masa kecilnya sebagai pewaris tahta kerajaan
dipenuhi dengan masa pendidikan agama maupun ketatanegaraan. Namun pendidikan
agama lah yang berpengaruh hingga ia menjadi pemeluk agama Islam yang taat dan
berjiwa kebangsaan yang tinggi.
Pada umur 23 tahun ia dinobatkan menjadi sultan oleh
Dewan Menteri atau Dewan Kerajaan. Pada masa pemerintahannya, Sultan Syarif
Kasim sangat tegas dalam bertindak atas nasib kerajaanya yang berada dibawah
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Ini dibuktikan dengan menolak mengakui
Kesultanan Siak sebagai bagian dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, meskipun para sultan
pendahulunya telah terikat perjanjian dengan Hindia Belanda, termasuk Perjanjian
London 1824.
Sultan memiliki dua orang permaisuri dan dua orang
selir. Tengku Syarifah Mariam binti Fadyl yang bergelar Tengku Agung Sultanah
Latifah merupakan permaisuri pertama Sultan yang mangkat pada tahun 1929.
Selama 14 tahun sultan tak mempunyai permaisuri sampai ia menikahi Syarifah
Fadlun yang diangkat sebagai permaisuri II dengan gelar Tengku Mahratu. Tengku
maharatu ini dicerai hidup pada tahun 1950 dan mangkat tahun 1980. Dari kedua
pernikahannya ini tidak menghasilkan keturunan sehingga inilah salah satu
alasan Sultan untuk menyatakan bergabung dengan NKRI dikarenakan tidak adanya
pewaris tahta selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
LITERATUR
Sultan
Syarif Kasim II (Sultan Siak Sri Indrapura 1815-1945).
Suwardi,
MS, dkk, 2003. Sultan Syarif Kasim II
(Pahlawan Nasional dari Riau). Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau.
WEBSITE
[1] Sultan
Syarif Kasim II (Sultan Siak Sri Indrapura 1815-1945)
[2] Suwardi,
MS, dkk, 2003. Sultan Syarif Kasim II
(Pahlawan Nasional dari Riau). Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau (hal.17)
[3]
http://syarif-kasim-ii-of-siak-wb-39545.infopts.com/id4/2838-2706/syarif-kasim-ii-of-siak_39545_syarif-kasim-ii-of-siak-wb-39545-infopts.html
(diakses tgl 21 okt 2016 pkl. 16.52)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar