Jumat, 02 Desember 2016

FIQH SIYASAH

BIOGRAFI SULTAN SYARIF KASIM II
                                                        

                                                                                                                                                                

Di Susun Oleh :
Lailatur Rahmah (36 2 2 15 0011)
Sri Mariani (36 2 2 15 0023)
M. Solihin (36 2 2 15 0014)
Taufiq Triswanto (36 2 2 15 0024)
Fathurrahman (36 2 2 15 0006)


Mata Kuliah : Fiqh Siyasah
Dosen Pembimbing : Muhammad Ashsubli, S.HI, M.Si
Jurusan : Syari’ah dan Ekonomi Islam
Prodi : Siyasah Syar’iyyah





T.A. 2016/ 2017



KATA PENGANTAR

Assalamua’laikumWr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah yang berjudul “Biografi Sultan Syarif Kasim II untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Siyasah.
Makalah yang disusun untuk mempelajari lebih detail dalam membahas biografi Sultan Siak ke-12 ini diharapkan dapat mengetahui tentang siapa sebenarnya sultan tersebut yang dibahas mulai dari kelahirannya, perkawinannya, sampai ia diangkat menjadi sultan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah  ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin ….

Wassalam,




                                                                                           Bengkalis, 21 Oktober 2016



                                                                                                        Kelompok 1





DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan....................................................................... ..... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. TujuanPenulisan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 2
A. Masa Kecil Sultan Syarif Kasim II............................................................................... 2
B. Masa Pendidikan.......................................................................................................... 2
C. Pengangkatan menjadi Sultan....................................................................................... 3 
D. Perkawinan Sultan........................................................................................................ 4

BAB III PENUTUP......................................................................... ..... 6
A.Kesimpulan.................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 7




 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Kerajaan Siak di pimpin pertama kali oleh Raja Kecil, yang bergelar Sulthan Abdul Djalil Rachmadsjah pada tahun (1723 – 1746) dengan ibukotanya Buantan. Dari duabelas orang sultan yang memerintah kerajaan Siak Sri Indrapura, terdapat nama Tengku Panglima Besar Sayed Kasim (1864 – 1889) bergelar Sultan Assyaidis Syarif Kasim I  Abdul Jalil Syaifuddin, sultan ke sepuluh.
Nama ini kurang begitu dikenal dibanding dengan putranya Tengku Ngah Sayed Hasyim (1889 – 1908) bergelar Sultan Assyaidis Syarif Hasyim  Abdul Jalil Syaifuddin yang membangun Istana Siak “Asserayah Hasyimiyah” dan Masjid Sultan “Syahabuddin” maupun dibanding cucunya Tengku Putera Sayed Kasim bergelar Sulthan Assyaidis Syarif Kasim II Abdul Jalil Syaifuddin (Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II).
Sultan Syarif Kasim II inilah yang merupakan sultan ke-12 sekaligus sultan terakhir kerajaan Siak Sri Indrapura dan menyatakan bergabung dengan NKRI dengan  menyerahkan Mahkota Kerajaan serta menyumbangkan harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden kepada Pemerintah Republik Indonesia (setara dengan 214,5 juta gulden atau 120,1 juta USD atau Rp 1,47 trilyun pada tahun 2014).

B.     Rumusan Masalah
1. Kelahiran Sultan Syarif Kasim II
2. Perkawinan Sultan Syarif Kasim II
3. Pengangkatan menjadi Sultan

C.     Tujuan Kepenulisan
1. Mengetahui biografi Sultan Syarif Kasim mulai dari kelahiran, perkawinan sampai diangkat menjadi Sultan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Masa Kecil Sultan Syarif Kasim II
Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin atau yang lebih dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II ialah pewaris tahta Kerajaan Siak Sri Indrapura ke-12. Beliau lahir di Siak Sri Indrapura, Riau pada tanggal 11 Jumadil akhir 1310 H, atau 1 Desember 1893 M[1].
Ayahnya adalah raja ke-11 yang bergelar Sultan Assayaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syafiuddin, yang memerintah kerajaan kerajaan Siak Sri Indrapura selama 19 tahun yaitu dari tahun 1889 sampai tahun 1908. Sedangkan ibunya adalah Tengku Yuk, permaisuri kerajaan. Tengku sulong Sayed Kasim atau yang lebih populer dengan panggilan Syarif Kasim ini adalah adik seayah dengan Tengku Long Putih, tetapi berlainan ibu[2].
Semasa kecilnya sampai berumur 12 tahun, Syarif Kasim dididik dalam lingkungan istana. Sebagai calon pengganti ayahnya, ia dididik sebagaimana lazimnya adat istiadat raja-raja, meliputi aspek fisik, mental spiritual atau kerohanian dan kecerdasan.
Ayahandanya merupakan seorang sultan yang kuat memegang prinsip Islam, selain itu juga mempunyai pandangan yang luas serta berusaha dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Ayahandanya ingin agar Syarif Kasim yang menggantikannya kelak dapat memimpin kerajaan dengan prinsip Islam dan pengetahuan yang luas.

B.     Masa Pendidikan
Setelah Syarif Kasim berumur 12 tahun tepatnya pada tahun 1904, beliau dikirim ayahandanya ke jawa untuk memperdalam ilmu hukum agama islam dan hukum ketatanegaraan. Dalam hukum islam beliau diasuh oleh Sayed Husen al-Hasbi, sedangkan hukum ketatanegaraan diajarkan oleh Prof. Snouck Hurgronye pada institut Beck En Volten di Batavia (sekarang Jakarta). Dalam kehidupannya yang sangat berpengaruh adalah ajaran dari Sayed Husein Al-Hasbi hingga ia menjadi pemeluk agama Islam yang taat dan berjiwa kebangsaan yang tinggi[3]. Kedua pendidikan ini beliau tempuh selama 11 tahun, yaitu dari tahun 1904-1915.
Selama mendalami pendidikan beliau memperoleh tempatan semangat kebangsaan. Karena pada waktu itu semangat pergerakan nasional yang digerakkan oleh para pemuda untuk melepaskan diri dari penjajahan. Pendidikan yang ditempuh selama ini jelas akan memberikan banyak sekali ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang mantap dan semuanya itu merupakan modal yang kuat untuk melaksanakan tugas menjadi raja yang harus berjuang untuk mempertahankan eksistensi kerajaan dan agama islam berhadapan dengan kolonial Belanda yang berupaya menghancurkan kedaulatan kerajaan dan menghisap kekayaan pribumi.
Saat Sayed Kasim berumur 16 tahun semasa masih menuntut ilmu di Batavia, ayahandanya Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Djailil Syaifuddin meninggal dunia bertepatan tahun 1908. Oleh karena itu, Sayed Kasim tidak langsung dinobatkan sebagai raja menggantikan ayahndanya, maka untuk sementara waktu pemerintahan dipegang oleh dua orang pejabat yang mewakili raja yaitu Tengku Besar Sayed Syagaf dan Datuk Lima Puluh selama 7 tahun, sementara Sayed Kasim meneruskan pendidikan di Batavia.

C.     Pengangkatan menjadi Sultan
Sekembalinya dari Batavia pada 3 Maret 1915, dalam usia 23 tahun Sayed Kasim dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang ke-12 dengan gelar Sultan Asysyaidis Syarif Kasim Abdul DJalil Syaifuddin.
Di masa pemerintahan ayahandanya Sultan Sayed Hasyim (Sultan Siak ke-11), dalam melaksanakan pemerintahannya, baginda dibantu oleh Dewan Menteri atau Dewan Kerajaan. Dewan inilah yang memilih dan mengangkat sultan syarif kasim.
Dewan ini bersama sultan membuat undang-undang dan peraturan. Dewan itu terdiri dari Datuk-datuk Empat Suku, yaitu Datuk Tanah Datar Sri Pakermaraja, Datuk Limapuluh Sri Bijuangsa, Datuk Pesisir Sri Dewaraja dan Datuk Kampar Maharaja Sri Wangsa.

Kekhawatiran Hindia Belanda timbul karena pewaris kerajaan adalah orang yang berpendidikan dan progresif. Oleh karena itu, sebenarnya pengangkatan Sultan Syarif Kasim II kurang disenangi oleh pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi, Datuk Empat Suku yang merupakan Dewan Kerajaan tetap menghendaki Sayed Kasim menjadi sultan. Akibatnya Hindia Belanda mulai mengecilkan arti dan fungsi Dewan Kerajaan dan kemudian akhirnya Dewan Kerajaan dihapuskan oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Sultan Syarif Kasim II semakin menentang Hindia Belanda dan memandang perlu membangun kekuatan fisik, karena ancaman Hindia Belanda tidak dapat dielakkan lagi. Sultan membangun kekuatan militer yang berawal dari barisan kehormatan pemuda-pemuda. Dilatih untuk membangkitkan semangat perlawanan dan mempertahankan diri serta membela nasib rakyat.
Sultan Syarif Kasim II menolak campur tangan peraturan pengadilan pemerintahan Hindia Belanda terhadap rakyatnya dan tetap mempertahankan keberadaan Kerapatan Tinggi Kerajaan Siak yang diatur dan disusun oleh Kerajaan Siak sendiri.
Sultan Syarif Kasim II juga menolak mengakui Kesultanan Siak sebagai bagian dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, meskipun para sultan pendahulunya telah terikat perjanjian dengan Hindia Belanda, termasuk Perjanjian London 1824.

D.    Perkawinan Sultan
Sultan Syarif Qasim II memiliki dua orang permaisuri. Istrinya itu yakni Tengku Agung Sultanah Latifah (permaisuri I) pada 27 Oktober 1912. Pada saat penobatannya menjadi Sultan, maka permaisurinya pun diberi gelar Tengku Agung. Perkawinan itu tidak membuahkan keturunan. Permaisuri ini mangkat di Siak Sri Indrapura pada tahun 1929, setelah menempuh hidup bersama sultan selama 17 tahun.
Permaisurinya pertama yakni Tengku Syarifah Mariam binti Fadyl yang bergelar Tengku Agung Sultanah Latifah yang menikah di Langkat Sumatera Timur pada 27 Oktober 1912.
Tengku Agung sempat mendirikan sekolah Sultanah Latifah School pada 1926 yang mengajarkan baca, tulis, agama, bahasa Belanda, dan keterampilan memasak dengan guru-guru perempuan. Tengku Agung mangkat pada 1929.
Selama 14 tahun Sultan tak punya permaisuri hingga menikahi Syarifah Fadlun yang diangkat sebagai permaisuri II dengan gelar Tengku Mahratu. Tengku Mahratu kemudian dicerai hidup pada 1950 dan mangkat di Jakarta pada 1980.
Selain dua istri tersebut, Sultan punya dua lagi istri yang berstatus selir. Yakni Syarifah Syifak yang dicerai hidup, dan Syarifah Fadlon pada 17 Februari 1957 di Jakarta, seorang janda berdarah Arab-Betawi beranak empat. Syarifah Fadlon mangkat di Jakarta pada 1987 dan dimakamkan di Siak Sri Indrapura.
Sultan tak punya keturunan dari empat istrinya tapi memelihara banyak anak angkat. Tak adanya keturunan jadi salah satu sebab Sultan menyerahkan Kerajaan Siak Sri Indrapura, bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1946 dengan tanda menyerahkan mahkota dan singgasananya. Singgasana bersepuh emas ini sekarang ada di Museum Nasional, Jakarta, sedangkan yang ada di Istana Siak adalah replikanya.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin dilahirkan di Siak Sri Indrapura pada 1 Desember 1893 M. Ia merupakan putra dari Sultan Assayaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syafiuddin yang merupakan sultan Siak ke-11 dan ibunya Tengku Yuk, maka Sayed Kasim yang lebih dikenal dengan Syarif Kasim ini otomatis menjadi pewaris tahta kerajaan Siak ke-12 sekaligus sultan terakhir di Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Masa kecilnya sebagai pewaris tahta kerajaan dipenuhi dengan masa pendidikan agama maupun ketatanegaraan. Namun pendidikan agama lah yang berpengaruh hingga ia menjadi pemeluk agama Islam yang taat dan berjiwa kebangsaan yang tinggi.
Pada umur 23 tahun ia dinobatkan menjadi sultan oleh Dewan Menteri atau Dewan Kerajaan. Pada masa pemerintahannya, Sultan Syarif Kasim sangat tegas dalam bertindak atas nasib kerajaanya yang berada dibawah pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Ini dibuktikan dengan menolak mengakui Kesultanan Siak sebagai bagian dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, meskipun para sultan pendahulunya telah terikat perjanjian dengan Hindia Belanda, termasuk Perjanjian London 1824.
Sultan memiliki dua orang permaisuri dan dua orang selir. Tengku Syarifah Mariam binti Fadyl yang bergelar Tengku Agung Sultanah Latifah merupakan permaisuri pertama Sultan yang mangkat pada tahun 1929. Selama 14 tahun sultan tak mempunyai permaisuri sampai ia menikahi Syarifah Fadlun yang diangkat sebagai permaisuri II dengan gelar Tengku Mahratu. Tengku maharatu ini dicerai hidup pada tahun 1950 dan mangkat tahun 1980. Dari kedua pernikahannya ini tidak menghasilkan keturunan sehingga inilah salah satu alasan Sultan untuk menyatakan bergabung dengan NKRI dikarenakan tidak adanya pewaris tahta selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR
Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak Sri Indrapura 1815-1945).
Suwardi, MS, dkk, 2003. Sultan Syarif Kasim II (Pahlawan Nasional dari Riau). Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau.

WEBSITE









[1] Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak Sri Indrapura 1815-1945)
[2] Suwardi, MS, dkk, 2003. Sultan Syarif Kasim II (Pahlawan Nasional dari Riau). Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau (hal.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar